Rabu, 19 November 2008

TEAM ABAD 21: Kelompok Serigala

Oleh : Ningky Munir
Dosen Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Wolf Credo
• Respect the elders
• Teach the youngs
• Cooperate with the pack
• Play when you can
• Hunt when you must
• Rest in between
• Share your affections
• Voice your feelings
• Leave your mark
(The Wisdom of Wolves, 1995)
Andrew Grove dari Intel Cooperation pernah mengatakan bahwa perusahaan masa kini tidak mempunyai pilihan, selain harus beroperasi di dunia penuh perubahan, yang dibentuk oleh globalisasi dan revolusi informasi. Cuma ada dua opsi: beradaptasi atau mati. Kita mengetahui bahwa adaptasi memerlukan fleksibilitas dan kemampuan belajar yang tinggi. Dalam The Living Company (1997) yang ditulis Arie de Geus, perusahaan-perusahaan yang berhasil untuk terus hidup selama lebih dari lima bahkan sepuluh dekade mengandalkan kelompok untuk melakukan adaptasi. Kelompok menjadi pilihan perusahaan yang ingin menjadi lebih fleksibel karena proses pengambilan keputusan didorong ke garis depan. Kemampuan belajar perusahaan pun meningkat, melalui pemberdayaan intelektual dan kreativitas karyawan. Seperti apa bentuk kelompok yang pas bagi perusahaan masa kini?
Menurut Towery, seorang ahli serigala dalam The Wisdom of Wolves (1995), kelompok serigala adalah kelompok yang mempunyai kinerja tinggi. Dan seperti perusahaan-perusahaan masa kini, ternyata kelompok serigala juga tidak dapat mengantisipasi kejadian. Namun kelompok serigala mengatasinya dengan membangun fleksibilitas dan kemampuan bereaksi dengan cepat untuk menghadapi situasi-situasi tak terduga. Oleh sebab itu, tampaknya kelompok serigala perlu dipelajari sebagai upaya membangun kelompok kerja yang pas untuk abad ini.
Sikap. Perilaku kelompok serigala didasari oleh satu pertanyaan: Apa yang terbaik bagi kelompok?. Serigala tidak akan berlari memburu mangsanya, menyalak, menggonggong, dan menggeram tanpa tujuan. Mereka memiliki perencanaan strategik yang dieksekusi melalui komunikasi terus menerus di antara anggota. Bila saaatnya tiba, masing-masing anggota tahu persis apa perannya dan mengerti persis apa yang diharapkan oleh kelompok darinya. Semua yang terbaik, untuk kelompok. Serigala tidak bergantung pada nasib baik. Kohesi, kerjasama, dan pelatihan menentukan apakah kelompok bakal hidup atau mati.
Begitu juga manusia, seharusnya. Team yang sukses mempunyai perspektif yang benar dan sikap yang pas. Selalu memvisualisasikan sukses. Selalu optimis. Motivasi terbesar tidak selalu datang dari uang yang melimpah, promosi, atau tepuk di bahu. Kerja keras dan sukses, seringkali datang dari diri sendiri
Keunikan. Jumlah anggota kelompok serigala berkisar antara lima hingga delapan ekor. Para serigala itu sangat berhati-hati untuk tidak meniru satu sama lain. Setiap anggota menduduki posisi tertentu, saling menghormati keberbedaan yang dimiliki oleh anggota lain. Pada kelompok serigala, tidak pernah satu anggota mengambil alih peran dan tanggung jawab anggota lainnya. Terlepas dari seberapa gesit atau lamban, besar atau kecil, kuat atau lemahnya dia. Bila ada yang tidak berperan sesuai dengan tuntutan, maka kelompok menjadi timpang dan akhirnya mati.
Bila dianalogikan dengan kelompok kerja manusia di perusahaan, maka setiap anggota kelompok harus menghormati keunikan anggota lainnya. Bukannya memaksa anggota yang berbeda itu menjadi sama dengan yang lain. Masing-masing anggota harus berkontribusi pada kelompok melalui bakat dan kekuatan dirinya. Dengan mengekspresikan keunikan dirinya, serta menghormati dan mendukung keunikan yang lain, maka kelompok akan menjadi kuat, tak tergoyahkan. Seperti kelompok serigala, setiap anggota harus menjadi aset bukan liability yang mesti ditanggung bersama. Setiap orang mempunyai tanggung jawab dan setiap tanggung jawab adalah vital bagi kesuksesan proyek.
Komunikasi. Modal utama di balik kesuksesan suatu team adalah anggotanya,- bukan manajer -, yang bertanggung jawab atas tugasnya, memantau kinerjanya masing-masing, dan mampu cepat mengubah cara kerjanya bila dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah atau bila ada perubahan situasi. Dalam bekerja, para anggota team aktif berkomunikasi. Ini penting, karena sukses team bergantung pada efektivitas komunikasi serta pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara anggota.
Untuk mengeksekusi strateginya, serigala aktif berkomunikasi. Seperti manusia, serigala pun tidak mengandalkan satu bentuk komunikasi. Mereka melolong, menggonggong, menyalak, mendengus, menggeram, menjilat, menunjukkan sikap tubuh dominan atau tunduk, menggerakkan bibir, mata, dan ekspresi wajah untuk menyampaikan pesan. Seperti manusia juga, mata digunakan untuk komunikasi yang paling sensitif. Dalam suatu perburuan, bahkan gerakan tak kentara dari otot mata serta perubahan besar pupil mata sangat menentukan koordinasi antara anggota.
Kreativitas dan Kerja Keras. Dalam kelompok serigala, hampir selalu ada serigala Omega. Biasanya serigala Omega adalah serigala jantan dan bertubuh relatif kecil dibandingkan anggota yang lain. Kelompok selalu menempatkan serigala Omega ini di urutan paling akhir dari segala-galanya, terutama dalam urutan hak untuk makan. Bila kelompok bisa bertahan hidup, serigala Omega akan cenderung menjadi sangat tahan banting. Anggota yang lain pun semakin menghargainya.
Biasanya setelah sekian lama mengikuti kelompok dengan segala ketabahan dan kerja keras, serigala Omega akan memisahkan diri dan berkelana sendirian. Beberapa waktu kemudian, bekas serigala Omega tersebut akan bergabung dengan kelompok lain, bertemu dengan pasangannya, dan membangun kelompoknya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa anggota yang terlemah pun dari kelompok harus mempersiapkan diri tidak saja untuk menyandang tanggung jawab pribadi, namun siap untuk memimpin kapan pun
Pada team manusia, sering terbukti bila manajer menghambat kreativitas karyawan, maka karyawan tersebut akan semakin tidak mampu. Menurut Henry Mintzberg, pakar manajemen strategi dalam Strategy Safary (1998), pemisahan antara kegiatan berpikir dan kegiatan pelaksanaan seperti pada praktek penyusunan strategi di perusahaan-perusahaan membuat manajer dan karyawan kehilangan kemampuan untuk menggagas dan memberikan tanggapan dengan cepat. Ketika para manajer meningkat posisinya menjadi perencana strategik, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Bermain. Manusia seringkali menggunakan istilah "bekerja habis-habisan, bermain habis-habisan". Bagi kelompok serigala, pernyataan tersebut pas sesuai dengan apa yang dilakukannya. Serigala-serigala muda adalah makhluk yang sangat gembira. Kerjanya hanya bermain dan bermain, bahkan seringkali bermainnya keterlaluan. Bermain merupakan sarana untuk mengasah keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, dan berburu, yang diperlukan untuk mencari makan dan bertahan hidup. Serigala menjadi lebih kuat secara fisik dan mental, melalui kegiatan bermain. Namun bermain juga merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain. Yaitu sebagai metode praktis untuk menentukan peringkat di antara anggota kelompok. Semacam kegiatan assessment pada manusia.
Kegagalan. Walau secara alami kelompok serigala adalah mesin pemburu yang sangat efektif, namun mereka juga pernah gagal. Tingkat kegagalan kelompok serigala dalam berburu mencapai 90 persen. Jadi, secara statistik hanya satu dari sepuluh kali upaya perburuan yang membuahkan hasil. Oleh sebab itu, keberhasilan adalah hal yang sangat menentukan mati hidupnya kelompok. Namun respons kelompok terhadap kegagalan-kegagalan yang terus mendera bukan berupa putus asa, kelesuan, kekalahan dan akhirnya menyerah. Serigala tidak menjadi frustasi atau jatuh ke dalam depresi seperti manusia. Mereka terus menerus berupaya, dan terus menerus menyempurnakan segala keterampilannya. Mereka percaya, sukses akhirnya akan datang juga.
Manusia sungguh perlu meniru serigala. Dalam hal stamina, ketekunan, dan motivasi diri yang tinggi. Seperti seorang bijak mengatakan:
Manusia seperti kaca jendela; kaca itu memantulkan cahaya seolah bersinar kala diterpa sinar matahari. Namun bila gelap datang, keindahan kaca hanya bisa tampak bila ada cahaya di dalamnya.

Tidak ada komentar: